G—NEWS (DILI) — Di jantung Asia Tenggara, sebuah bangsa kecil dengan sejarah besar terus melangkah mantap menuju panggung regional. Timor-Leste, negara termuda di kawasan ini, telah menapaki jalan panjang dan berliku selama lebih dari satu dekade untuk bergabung sebagai anggota penuh ASEAN. Perjalanan ini bukan sekadar proses diplomatik, tetapi sebuah pernyataan tekad bangsa untuk terlibat dalam kerja sama regional yang damai, stabil, dan sejahtera.
Pada tanggal 4 Maret 2011, Pemerintah Timor-Leste secara resmi menyerahkan surat permohonan untuk menjadi anggota ke-11 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Permohonan ini menjadi tonggak penting yang mencerminkan aspirasi nasional untuk berpartisipasi aktif dalam kerja sama regional.
Namun, respons dari negara-negara anggota ASEAN terbelah. Negara seperti Indonesia dan Filipina mendukung kuat keanggotaan Timor-Leste, melihat potensi strategis dan semangat demokratis negara tersebut. Di sisi lain, beberapa negara seperti Singapura dan Laos menyuarakan kekhawatiran atas kesiapan ekonomi dan administratif Timor-Leste. Pertanyaan utama kala itu: apakah Timor-Leste cukup siap untuk bergabung?
Selama lebih dari sepuluh tahun, ASEAN melaksanakan berbagai misi pencari fakta untuk menilai kesiapan Timor-Leste. Evaluasi ini mencakup tiga pilar utama ASEAN: politik-keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya.
Hasilnya mencerminkan tantangan struktural. ASEAN menilai bahwa meskipun ada kemajuan, Timor-Leste masih perlu memperkuat kapasitas institusi, infrastruktur ekonomi, dan mekanisme partisipasi regional. Proses ini menyebabkan stagnasi permohonan, namun pemerintah Timor-Leste tetap teguh, memanfaatkan waktu untuk reformasi internal dan peningkatan kapasitas birokrasi.
November 2022 menjadi tahun bersejarah. Pada KTT ASEAN ke-40 dan ke-41 di Phnom Penh, Kamboja, para pemimpin ASEAN menyepakati untuk menerima Timor-Leste sebagai pengamat resmi ASEAN. Untuk pertama kalinya, negara ini diizinkan menghadiri semua pertemuan ASEAN, termasuk sesi pleno KTT.
Keputusan ini disambut antusias oleh rakyat Timor-Leste dan menjadi simbol pengakuan atas konsistensi perjuangan diplomasi mereka. Status pengamat juga membuka pintu bagi integrasi praktis melalui partisipasi dalam agenda-agenda regional.
Pada KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo, Indonesia, ASEAN menyepakati Peta Jalan Keanggotaan Penuh Timor-Leste. Dokumen ini menjadi panduan formal yang mencantumkan langkah-langkah teknis dan politis yang harus dipenuhi Timor-Leste.
Peta jalan itu meliputi:
- Penyesuaian legislasi nasional terhadap Piagam ASEAN.
- Penguatan lembaga pemerintahan.
- Peningkatan infrastruktur transportasi dan komunikasi.
- Penambahan misi diplomatik di negara-negara ASEAN.
ASEAN secara kolektif menyatakan komitmen untuk mendampingi proses ini, sementara Timor-Leste menyusun strategi nasional implementasi yang melibatkan seluruh kementerian dan pemangku kepentingan.
Sejak peta jalan ditetapkan, Timor-Leste melakukan berbagai aksi nasional. Pemerintah menyusun Rencana Aksi Nasional ASEAN, meluncurkan kampanye pendidikan publik tentang ASEAN di seluruh wilayah, melatih diplomat dan pejabat pemerintah, serta mempercepat proyek infrastruktur pendukung.
Pada saat yang sama, diplomasi bilateral dengan negara-negara anggota ASEAN diperkuat. Timor-Leste aktif berpartisipasi dalam forum regional, mengirim delegasi ke setiap pertemuan ASEAN, dan menunjukkan komitmen terhadap stabilitas kawasan – termasuk mengekstradisi buron ke negara anggota, sebagai bukti penghormatan terhadap hukum regional.
Pada Mei 2025, dalam KTT ASEAN ke-46 di Kuala Lumpur, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan bahwa Timor-Leste akan diterima sebagai anggota penuh ASEAN pada KTT ke-47 di bulan Oktober 2025, jika semua prasyarat telah terpenuhi.
Pengumuman ini menjadi puncak dari perjalanan panjang yang didasari oleh ketekunan diplomasi dan semangat integrasi regional. Saat ini, Timor-Leste tinggal menyelesaikan beberapa penyesuaian ekonomi teknis, yang diyakini dapat dirampungkan sebelum Oktober.
Sepanjang lebih dari satu dekade, Timor-Leste telah menunjukkan bahwa tekad nasional dan kesabaran diplomatik adalah kunci untuk menembus pagar eksklusif integrasi regional. Keanggotaan penuh di ASEAN bukan hanya soal simbol politik, tetapi juga pengakuan atas kesiapan negara ini untuk menjadi mitra setara dalam membentuk masa depan Asia Tenggara. Oktober 2025 mungkin menjadi babak baru, tetapi sejarah telah mencatat: perjalanan menuju ASEAN adalah salah satu tonggak penting dalam pembentukan jati diri bangsa Timor-Leste.

















loading="lazy" />