G-NEWS (DILI) — Di suatu sudut jalan yang ramai, di bawah naungan pohon yang sudah mulai rapuh daunnya, seorang pemuda tampak asyik memutar obeng kecil di antara jemarinya. Di depannya terhampar selembar kain bekas yang penuh dengan potongan-potongan kecil dari komponen ponsel. Suara deru kendaraan yang berlalu-lalang tak menyurutkan konsentrasi pemuda itu. Matanya yang tajam terus mengamati layar ponsel yang sedang ia bongkar dengan hati-hati.
Ia bukanlah seorang teknisi ponsel profesional yang bekerja di toko mewah atau di pusat layanan besar. Dia hanya seorang pemuda biasa, yang tampaknya telah belajar sendiri lewat percakapan di forum-forum online, video tutorial, dan pengalaman mencoba-coba ponsel rusak milik teman-temannya. Bagi dirinya, memperbaiki ponsel bukan hanya soal mencari nafkah, tetapi lebih pada sebuah tantangan—sebuah kesempatan untuk mengasah keterampilan yang berguna.
Tangan kirinya memegang ponsel yang sudah terlepas bagian-bagiannya, sementara tangan kanannya dengan cekatan mengelus papan sirkuit dan mencocokkan komponen yang perlu diganti. Ia tak hanya sekadar memperbaiki, namun setiap gerakan tangannya seperti menyiratkan kebanggaan tersendiri. Mungkin, bagi banyak orang, ini adalah pekerjaan kecil, namun bagi dia, ini adalah cara untuk bertahan hidup, dan juga cara untuk merasakan bahwa dirinya memiliki kemampuan yang tak semua orang miliki.
Abilio Soares, menjelaskan bahwa, kegiatan yang ia lakukan, sekaligus menekankan bagaimana dia memanfaatkan keterampilan teknis dan kewirausahaan untuk mencari nafkah.
“Baru-baru ini saya pergi menemui rekan-rekan saya untuk memperbaiki telepon, lalu saya menemani, itu bagus lagi jadi saya juga pergi untuk memperbaikinya daripada duduk di rumah. Mari kita perbaiki telepon untuk mendapatkan uang untuk membeli rokok”, Abilio Soares menjelaskan, kepada G-NEWS.
Abilio Soares, mencerminkan sikap realistis dan tekad untuk tetap berusaha, meski dengan cara sederhana. Dengan menyebutkan bahwa “selama uang itu halal,” ada penekanan pada pentingnya mencari rezeki yang baik dan sah, meskipun jumlahnya kecil.
Ini juga mengungkapkan pentingnya setiap usaha, sekecil apapun, untuk memenuhi kebutuhan dasar, yang menjadi simbol dari kelangsungan hidup sehari-hari. Abilio mengajak kita untuk tidak menyerah dan terus berusaha, karena setiap usaha yang halal akan membawa manfaat, sekecil apapun hasilnya.
“Daripada berdiam diri di rumah kita tidak menang apa-apa, selama kita melakukan ini untuk mendapatkan sejumlah uang, 1 atau 2 dolar. Selama uang itu halal, maka kita bisa membeli sesuatu, agar kita dapat melanjutkan hidup kita”, Abilio Soares.
Bekerja di pinggir jalan memang penuh tantangan. Kadang cuaca dingin, kadang panas, membuat tubuh lelah. Belum lagi, meskipun sudah membawa makanan untuk dijual, tidak selalu ada pembeli. Namun, meski sulit, Abilio terus berusaha, karena setiap usaha, sekecil apapun, punya nilai dan memberikan harapan untuk hari esok.
“Tantangannya berat karena kadang dingin, panas, kadang kita bawa makanan, orang tidak beli lagi”,
Mengembangkan dana kecil membutuhkan kesabaran dan perencanaan. Dengan menabung, belajar keterampilan baru, atau memulai usaha kecil, dana tersebut bisa berkembang dan memberi dampak positif untuk kehidupan Anda. “Anda bisa mengembangkan dana kecil, bagaimana Anda bisa mengembangkan untuk meningkatkan kehidupan Anda”. Abilio Soares.
Mariazinha Ximenes, seorang pengunjung mengatakan, sini untuk memperbaiki telepon karena harganya murah, dan kepercayaan terhadap keahlian lokal.
“Saya datang ke sini untuk memperbaiki telepon karena harganya murah, dan diperbaiki oleh teman-teman Timor kami. Kita kasih ke Cina perbaikannya, bayarnya mahal, karena mereka untung”, Mariazinha Ximenes, berbicara kepada G-NEWS, Senin (18/12/2024) di Largo de Lecidere.
Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya mendukung dan mempromosikan keterampilan warga lokal, khususnya dalam bidang elektronik. Meskipun banyak dari mereka tidak memiliki pendidikan formal atau pelatihan khusus, mereka mampu menjadi teknisi handal berkat bakat dan sumber daya mandiri, seperti tutorial di YouTube atau buku.
Ini adalah kebanggaan bagi Timor Leste, karena menunjukkan bahwa keterampilan praktis dan inisiatif belajar secara mandiri bisa menghasilkan keahlian yang setara dengan pendidikan formal, sekaligus mendukung perekonomian lokal.
“Kita perlu mempromosikan keterampilan warga lokal yang memiliki keahlian di bidang elektronik. Ini merupakan suatu kebanggaan bagi Timor Leste, meskipun banyak di antara mereka yang tidak mengikuti pelatihan formal atau pendidikan khusus di bidang ini. Dengan bakat alami dan inisiatif, mereka berhasil menjadi teknisi yang mampu memperbaiki barang-barang elektronik, seringkali dengan memanfaatkan tutorial dari YouTube, buku, dan sumber lainnya.”
Di sekitar pemuda itu, kehidupan kota terus berjalan. Orang-orang yang terburu-buru menuju tempat tujuan, suara bising motor, dan aroma kopi dari warung di sebelahnya—semua itu adalah bagian dari latar belakang kehidupannya yang sederhana namun penuh makna. Tanpa banyak kata, pemuda itu adalah bagian dari kesibukan kota yang sering tak tampak. Tetapi bagi mereka yang memperhatikannya, ia adalah bukti bahwa kemandirian, ketekunan, dan semangat untuk terus belajar bisa hadir di mana saja, bahkan di sudut jalan yang tak terduga.
Dengan satu kali cekitan pada layar ponsel yang baru saja ia rakit, dan seulas senyum puas yang melintas di wajahnya, dia menunggu pemilik ponsel itu datang mengambil hasil kerjanya. Ia tahu, di balik pekerjaan sederhana itu, ada rasa bangga yang tak tergantikan.
Editor: Amito Qonusere Araújo